Senin, 05 Desember 2011

BUNUH DIRI : Budaya minta maaf gaya Jepang ?

Berdasarkan data dari Kepolisian Jepang, angka bunuh diri di Jepang, terbilang sangat mencengankan, sekitar 32.552 orang untuk tahun 2005 atau 24 kasus per 100.000 penduduk ! Tidak terlalu jauh dengan tahun tahun sebelumnya, masih di kisaran angka 30 ribuan.. Angka yang cukup tinggi bukan ? Tentu saja Jepang selain terkenal dengan teknologinya, juga terkenal dengan angka bunuh dirinya. 

Kalau kita film Jepang yang berseting jaman samurai, biasanya sangat umum dijumpai adegan bunuh diri yang disebut Seppuku. yaitu merobek perut sendiri dengan menggunakan katana berukuran pendek. Tindakan ini biasanya dilakukan karena alasan harga diri, tanggung jawab karena gagal dalam tugas, kalah dalam peperangan sehingga sebelum dipermalukan karena akan ditangkap oleh pihak musuh, para pemimpinnya umum melakukan tindakan bunuh diri.
Seppuku dalam kondisi terdesak bisa dilakukan dengan instan, namun dalam kasus standard, umumnya dilakukan dengan ritual yang cukup panjang. Pelaku seppuku akan melakukannya dalam kondisi bersih, baik badan dengan cara mandi maupun pakaian yang serba putih. Ritual ini tidak dilakukan seorang diri namun disaksikan oleh sejumlah orang serta di belakang pelaku juga berdiri seorang asistent yang bertugas untuk memenggal kepala si korban untuk menghindari penderitaan yang berkepanjangan !
Walaupun ritual seppuku sudah resmi dilarang sejak tahun 1873 atau pada masa Restorasi Meiji tapi belasan kasus masih tetap terjadi. Kasus terakhir yang paling terkenal dilakukan pada tahun 1970 oleh seorang sastrawan bernama Yukio Mishima. Motifnya adalah berkaitan dengan politik.
Kebanyakan pelakunya adalah pria
Dari sisi gender, sebagian besar dari pelaku sempuku adalah pria, namun tidak jarang umumnya juga akan disusul oleh pihak wanita, kalau mereka sudah berkeluarga.
Pada masa sekarang, golongan pelaku bunuh diri terbesar masih tetap dinominasi oleh golongan pria yaitu berkisar 70 % (data tahun 2007 =71%, 2009 =72%, sumber : Mainichi Daily News). Sedangkan kalau dibagi menurut wilayah, kasus tertinggi umumnya terjadi di kota besar yaitu Tokyo.
Kemudian dari segi umur, kebanyakan adalah berusia setengah baya atau rata rata berkisar umur 50 tahun ke atas. Pelaku remaja, terlebih lagi anak anak relatif jarang ditemukan. 


Motif dan Alasan
Kehilangan pekerjaan adalah alasan terbesar
Berikut motif dan alasan terbesar dari pelaku bunuh diri di negara tersebut :
• Kehilangan pekarjaan
• Usaha bangkrut
• Hutang piutang
• Gangguan kesehatan
• Masalah tekanan di lingkungan kerja
• Pergaulan dan masalah di lingkungan sekolah.
• Ijime atau bullying
Khusus untuk motif bagian terakhir yaitu Ijime umumnya menimpa golongan pelajar atau anak anak. Ijime kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih "diganggu, diejek, di olok olok atau diteror secara mental oleh orang lain" Orang lain yang dimaksud dalam hal ini umumnya adalah teman sendiri, kakak kelas atau bahkan guru pembimbing.
Berikut adalah beberapa kasus yang sulit untuk digolongkan, apakah termasuk tanggung jawab, harga diri atau sebaliknya yaitu kebodohan dan melarikan diri dari tanggung jawab.
• Ketika Jepang memutuskan untuk menyerah kepada Amerika, banyak tentara yang memilih bunuh diri, khususnya para petinggi militernya.
• The Deputy Mayor of Kobe yang bunuh diri karena merasa tidak mampu menjalankan tugas pemulihan kota Kobe pasca gempa bumi hebat tahun 1995.
• Pejabat negara bunuh diri karena kasus korupsinya terbongkar. Contoh paling populer adalah yang dilakukan oleh Menteri Pertanian Jepang di tahun 2007, karena tersandung kasus korupsi. Kasus ini kemudian menyeret Kepala Mantan Green Resource Agency yang akhirnya juga memutuskan untuk mengambil jalan pintas untuk menyusul rekannya.
• Beberapa kasus kejadian orang tuanya yang bunuh diri karena anak kandungnya menjadi sorotan media nasional karena melakukan tindak kejahatan. Sang orang tua merasa malu dan merasa telah gagal karena tidak mempu mendidik anaknya dengan baik. Kasusnya seperti ini cukup banyak namun umumnya tidak diekspose ke media massa.
Menabrakkan diri adalah salah satu cara favorit
Melompat dari gedung tinggi, menabrakkan diri dengan kereta yang sedang melaju, menutup semua pintu mobil dan menghubungkan saluran kenalpot kedalamnya adalah beberapa cara bunuh diri yang umum dilakukan disamping cara lain yang lebih konvesional yaitu gantung diri. Selain "media favorit" seperti disebutkan di atas, ada juga "tempat fovorit" untuk melakukannya. Untuk kasus menabrakkan diri ke kereta api, jalur kereta api jurusan Chuo (Chuo Line) di Tokyo merupakan jalur kereta yang paling banyak dipilih, kemudian untuk area luar kota mereka sepakat memilih hutan Aokigahara yang terletak di kaki gunung Fuji ! Data tahun 1988, 1999 dan 2002 tercatat 30, 74 dan 78 kasus yang berarti terus meningkat dan semakin menjadikannya sebagai "tempat terfavorit untuk bunuh diri "dari tahun ke tahun.
Kasus yang relatif jarang terjadi adalah bunuh diri yang dilakukan secara berkelompok, tiga, empat atau bahkan lima orang sekaligus. Waktu yang dipilih biasanya adalah musim dingin, dengan cara mengurung diri dalam mobil yang sudah dihubungkannya dengan saluran knalpot, atau kadang ditambah dengan membakar arang untuk menguras gas O2. Pelaku biasanya meminum obat tidur sebelumnya. Dari berbagai kasus yang terungkap, pelaku umumnya adalah tidak saling mengenal sebelumnya dan "persahabatan" dijalin lewat internet dan sepakat melakukan tindakan aneh ini bersama sama karena merasa senasib.


Umumnya bunuh diri bukanlah dianggap hal yang menakutkan (bagi orang lain) karena pelaku cendrung hanya berniat untuk menghilangkan nyawa sendiri. Namun untuk kasus tertentu bisa jadi sebaliknya. Contohnya adalah bunuh diri yang diawali dengan membunuh orang lain dan dilakukan di di tempat ramai. Pelaku biasanya tidak memilih milih calon korbannya jadi siapa saja yang berada didekatnya beresiko untuk menjadi korban.
Kemudian kasus mengiklankan diri mencari teman untuk bunuh diri. Alasannya umumnya adalah karena takut, tidak ingin mati kesepian. Tentu saja tindakan ini adalah illegal dan berbahaya bagi orang lain. Tidak jarang kasus ini dimanfaatkan oleh "orang gila" yang menjebak korbanya dengan mengaku diri senasib dan akhirnya meninggalkan korbanya mati sendirian begitu saja. Bukan cuma sebatas ini, pelaku juga merekam adegan ngeri ini sebelumnya dan menyimpanya sebagai koleksi belaka. Sinting khan ? Sedikit melegakan, kasus semacam ini cuma ditemukan sekali saja sampai saat ini dan mudah mudahan juga menjadi yang terakhir.

0 komentar:

Posting Komentar