Senin, 05 Desember 2011

Kesenian adat budaya Belitong yang sudah langka dan nyaris punah

Tidak hanya panorama keindahan alam atau tempat wisata yang mempesona saja yang dimiliki oleh Pulau Belitung (Belitong, Billiton), sejatinya Belitung juga memiliki berbagai kesenian adat budaya tradisional yang sangat khas. Namun sayang, kesenian adat budaya tersebut sekarang ini sudah bisa diakatakan tontonan langka dan nyaris punah karena sudah tidak begitu sering dipentaskan.

Berikut ini adalah berbagai kesenian adat budaya Belitung yang sudah langka dan nyaris punah:

Beregong. Merupakan kumpulan peralatan atau instrument kesenian yang terdiri dari: terompet/ seruling/ suling, kelinang, tawak-tawak, sepasang gong. Peralatan ini diletakkan di panggung yang ketinggianya sekitar 7 – 12 meter, dimana dengan letak yang cukup tinggi tersebut maka suara serta resonansinya bisa terdengar hingga keseluruh penjuru.

Beripat. Merupakan sejenis kesenian adat dengan menggunakan cemeti yang terbuat dari bahan rotan yang ditandingkan antara dua orang laki-laki yang tidak menggunakan baju (setengah telanjang dan memiliki wasit atau pemisah untuk memutuskan siapa yang menang. Baik beregong dan Beripat dilaksanakan pada saat yang sama. Kesenian adat budaya Belitung ini dulu sering dilakukan pada pesta perayaan perkimpoian.

Betiong. Adalah kesenian adat budaya Belitung yang berupa kesenian instrument dan vocal (nyanyian bersambut pantun). Peralatan instrument yang digunakan dalam kesenian adat betiong ini adalah: tawak-tawak, gendang panjang sebanyak 3 buah, kelinang dan pelaksanaan betiong ini biasanya dilakukan pada malam menyambut pengantin bersanding dan dilakukan dengan posisi duduk.

Campak atau Becampak. Merupakan kesenian adat budaya Belitung dimana bintang utamanya adalah satu atau beberapa orang penari wanita yang menari diatas panggung atau pentas terbuka yang diiringi dengan bunyi instrument yang berupa Gambus, biola, gendang serta tawak-tawak. Penari wanita tersebut bernyanyi sambil berpantun dimana selanjutnya adalah para laki-laki ikut menari dan disudahi penari laki-laki tersebut memabayar sejumlah uang.
Dulmuluk merupakan sandiwara/ drama tradisional yang berisi kisah-kisah atau riwayat kerajaan dan dapat juga dikatakan berisi cerita folklore.
Besepen atau Japen, merupakan jenis tari-tarian untuk menyambut tamu agung. Jumlah penarinya cukup banyak yang biasanya diperankan oleh gadis-gadis remaja.

Begubang. Hampir sama dengan Becampak diatas, akan tetapi para penari wanitanya memakai kain sarung atau selendang dan kebaya, dimana selendang tersebut digunakan untuk mencari pasangan laki-laki dan tempat pelaksanaannya adalah di pentas atau panggung terbuka.

Bedenggu merupakan kesenian adat budaya yang berupa rebana atau hadra tradisional Belitong yang terdiri dari empat gendang digunakan untuk arak-arakan pengantin.

Begambus ialah kesenian tradisional belitong yang dipetik dan dibuat dari kayu lempung dan senar atau dawainya menggunakan nilon. Bentuk gambus belitong ini sangat ramping. Gambus digunakan sebagi instrument pengiring nanyian vocal.

Begasing ialah jenis kesenian olah raga, merupakan permainan yang sering dipertandingkan. Terbuat dari kayu dan dirangkai dengan tali.

Besya’er (Bersyair) merupakan seni baca tulis huruf arab gundul. Berisikan cerita yang bernafaskan Agama Islam.

Berinai, merupakan tarian pada waktu pengantin perempuan memasang pacar inai pada keduapuluh jarinya menyambut malam pengantin untuk bersanding keesokan harinya.

Berzanji (Barzanji), merupakan seni baca huruf arab yang berisi riwayat Nabi Muhammad SAW dan dibaca pada saat selamatan anak dan berbagai hal lainnya.

Diatas semua kesenian adat budaya tersebut ada 2 macam kesenian lagi yang bernam Bangsawan dan Tunel, akan tetapi kedua kesenian ini merupakan kesenian serupa dengan Dulmuluk.

Itulah beberapa kesenian adat budaya di Belitong yang sudah sangat langka dan nyaris punah, dikarenakan kalah dengan kesenian modern yang begitu cepatnya merebut hati masyarakat belitong dan melupakan kesenian-kesenian adat budaya diatas.

0 komentar:

Posting Komentar